Ini Dalilnya (11): Benarkah Rasulullah Tidak Khawatir Umatnya Berbuat Syirik?
Bagian Kedua
Dalam bagian ini, kami tidak akan membahas seluruh syubhat yang ada di buku Mana Dalilnya 1, sebab hal itu akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di samping menjadikan buku ini tebal dan membosankan. Akan tetapi kami hanya menjawab syubhat-syubhat yang kami nilai paling berbahaya dan menyesatkan.
Sekali lagi kami mohon maaf bila ada sebagian tulisan yang agak tajam bagi kalangan tertentu, tujuan kami hanyalah menjelaskan kebenaran yang kami yakini dengan dalil-dalilnya. Dan seperti kata pepatah, “Siapa menebar angin pasti menuai badai“, alias siapa menebar syubhat yang menyesatkan, pasti menuai bantahan yang menyakitkan!
Masalah pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya berbuat syirik??
Novel mengatakan bahwa sebenarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah khawatir umatnya akan menjadi musyrik. Yang beliau khawatirkan adalah kita terlalu mencintai dunia dan berlomba-lomba memperebutkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا
“Sesungguhnya aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad) [1].
Saya katakan: Sungguh aneh caranya berdalil … Bagaimana dia bisa berpemahaman seperti ini? Apakah ia hendak mengimani Islam secara parsial, alias mengambil yang cocok dengan seleranya lalu meninggalkan yang tidak demikian? Ataukah dia memang benar-benar jahil terhadap agama ini, hingga berani menulis kata-kata yang amat berbahaya yang intinya menganggap remeh masalah syirik?! Apapun jawabannya, yang jelas perkataannya ini batil dari dua sisi:
Pertama: Membasmi syirik adalah misi utama para Nabi dan Rasul
Allah Ta’ala tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan membawa misi tersebut. Allah berfirman yang artinya, “Sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul kepada tiap-tiap umat, agar (Rasul tersebut) mengatakan: “Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut” (An Nahl: 36)[2]. Demikian pula yang dikatakan oleh Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib, dan Nabi-nabi lainnya ‘alaihimus salam yang terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Sebagai contoh, silakan saudara baca Surat Al A’raf: 59-93, Asy Syu’ara: 69-77, Az Zumar: 64-66 dan masih banyak lagi lainnya.
Bukti bahwa masalah syirik senantiasa menjadi fokus dakwah para Nabi terutama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ialah ayat berikut yang merupakan perintah pertama dalam Al Qur’an,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai sekalian manusia, sembahlah Allah (Rabb kalian) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 21).
Kemudian langsung diikuti dengan larangan menyekutukan Allah, yang juga merupakan larangan pertama dalam Al Qur’an:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah (Allah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya. Dia menurunkan air (hujan) darinya kemudian mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun sedang kalian mengetahui hal tersebut” (QS. Al Baqarah: 22).
Jika kita perhatikan, sejak surat Al Fatihah hingga ayat tersebut tidak ada ayat yang bernada perintah dan larangan secara tegas sebelumnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya masalah tauhid dan betapa berbahayanya syirik.
Kemudian sebagaimana kita ketahui bersama, Nabi Ibrahim yang dijuluki khalilullah (kekasih Allah) dan bapaknya para Nabi telah menghancurkan berhala dengan tangannya sendiri. Namun demikian, beliau berdoa kepada Allah: “Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala” (QS. Ibrahim: 35). Kalaulah Nabi yang sekaliber Ibrahim ‘alaihis salam saja khawatir dirinya terjerumus dalam kemusyrikan, pantaskah manusia-manusia yang lemah iman seperti kita merasa aman dari kemusyrikan? Padahal beliau berdoa kepada Allah agar menjauhkan dirinya beserta anak keturunannya –termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam — agar dijauhkan dari syirik??
Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umatnya dari syirik
Kalau ada yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya menjadi musyrik sepeninggal beliau, maka dia adalah orang yang sangat bodoh terhadap ajaran beliau[3]. Bagaimana tidak, sedangkan dalam hadits disebutkan,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?” Jawab Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)[4].
Jika riya’ (syirik kecil) yang hanya membatalkan amal tertentu saja beliau takutkan, maka masuk akalkah jika beliau tidak mengkhawatirkan syirik akbar yang membatalkan seluruh amal??
Dalil lain yang menunjukkan bahwa pemahaman si penulis adalah salah besar ialah hadits berikut:
لَا تَقُوم السَّاعَة حَتَّى تَضْطَرِب أَلَيَات نِسَاء دَوْس حَوْل ذِي الْخَلَصَة ، وَكَانَتْ صَنَمًا تَعْبُدهَا دَوْس فِي الْجَاهِلِيَّة بِتَبَالَة
“Kiamat tidak akan bangkit hingga wanita-wanita Daus tawaf mengelilingi Dzul Khalashah, yaitu berhala yang disembah oleh Daus di masa Jahiliyah“. (H.R. Bukhari dan Muslim).[5]
Demikian pula sabda beliau berikut;
لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى
“Malam dan siang tak akan hilang hingga Latta dan ‘Uzza disembah kembali” (HR Muslim).[6]
Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa ada sebagian dari umat Beliau yang kembali menjadi musyrik sepeninggal beliau. Demikian pula murtadnya sebagian besar bangsa Arab pasca kematian Beliau, sebagaimana yang terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan hal tersebut agar kita waspada terhadap segala bentuk syirik dan pintu-pintu yang mengarah kepadanya, dan ini membuktikan bahwa Nabi tetap mengkhawatirkan terjadinya syirik pada umat beliau sepeninggal beliau.
Lantas, apa maksud hadits yang pertama?
Mestinya si penulis tidak gegabah dalam memahami hadits diatas hingga terkesan meremehkan masalah syirik, akan tetapi mencari solusi lewat penjelasan para ulama terhadap hadits tadi. Al Imam Abul Abbas Al Qurthuby dalam penjelasannya mengatakan:
“Maksudnya; Beliau merasa aman bahwa tidak mungkin sahabat beliau secara keseluruhan meninggalkan Islam dan kembali kepada kesyirikan. Meski begitu, tidak berarti bahwa setiap orang dari mereka terjaga dari kemusyrikan. Sebab beliau sendiri yang mengabarkan bahwa ada di antara orang yang hidup bersama beliau yang kemudian murtad sepeninggal beliau…. atau boleh jadi yang beliau maksudkan adalah beberapa sahabat beliau secara khusus, yang berdasarkan wahyu Allah beliau mengetahui kesudahan mereka, dan bahwasanya mereka tetap berada di atas Islam hingga menghadap Allah kelak… atau yang beliau maksudkan adalah bahwa kemusyrikan tidak akan menguasai seluruh kaum muslimin. Dan pendapat yang paling kuat ialah yang pertama”.[7]
Baca juga: Bolehkah Ziarah Kubur untuk Mencari Berkah?
—
Catatan kaki:
[1] Mana Dalilnya 1, hal 38. Lihat hasil scan halaman tersebut pada lampiran.
[2] Yang dimaksud thaghut di sini ialah setiap yang rela diibadahi/disembah selain Allah Ta’ala.
[3] Maaf jika saya harus menggunakan kata-kata yang kasar seperti ini, sebab perkataan Novel di atas sangat berbahaya dan menyesatkan. Ia tidak mungkin diucapkan kecuali oleh dua tipe manusia: orang yang sangat bodoh terhadap Islam, atau orang berilmu yang ingin menyesatkan orang lain. Tipe pertama membawa musibah, sedang tipe kedua membawa malapetaka! Jadi, kami pilih baginya gelar yang paling ringan, yaitu: orang yang sangat bodoh semoga dia insaf dan belajar lebih baik.
[4] Lihat Musnad Imam Ahmad 5/429, hadits no 23686. sanad hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram, hadits no 1396 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah (2/671). Hadits dengan lafazh serupa juga diriwayatkan oleh Ath Thabarani dalam Al Mu’jamul Kabir dari sahabat Rafi’ bin Khadij. Al Haitsami mengatakan bahwa seluruh perawinya tsiqah. Sanad hadits ini dinyatakan jayyid (baik) oleh Al Mundziri. Kesimpulannya; hadits diatas adalah hadits shahih (lihat Jam’ul Jawami’ oleh As Suyuthi, hadits no 802, 803 dan 892).
[5] Lihat Shahih Bukhari no 1344, dan Shahih Muslim no 2296 dan 3031. Daus adalah nama sebuah kabilah yang berasal dari Yaman.
[6] Lihat Shahih Muslim no 2907. Makna hadits diatas ialah bahwa hari kiamat tak akan bangkit hingga ada sebagian dari umat beliau yang kembali menyembah berhala
[7] Lihat Al Mufhim lima asykala min talkhisi kitabi Muslim oleh Al Qurthuby 6/93-94, cet 3, th 1426/2005, Daar Ibnu Katsir, Damaskus-Beirut.
—
Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc
(Mahasiswa Magister ‘Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ. Islam Madinah)
Artikel asli: https://muslim.or.id/7405-ini-dalilnya-11-benarkah-rasulullah-tidak-khawatir-umatnya-berbuat-syirik.html